outbound
Wednesday, October 22, 2014
Tuesday, October 21, 2014
Rekomendasi Tempat Rafting
Rekomendasi Tempat Rafting
( rekomendasi tempat rafting Jawa Tengah & Jogja )
Rekomendasi Tempat Rafting di Jawa Tengah & Yogyakarta
( rekomendasi tempat rafting asik & seru )
Operator Rafting by ELORIVERS Adventure
Rekomendasi tempat rafting ~ kawan-kawan pecinta petualang dan wisata, kali ini akan kami berikan anda beberapa rekomendasi tempat rafting yang bisa anda coba. Mulai dari rekomendasi tempat rafting yang ada di Jawa Tengah hingga rekomendasi tempat rafting yang ada di Jogja. Selain itu, kami akan kasih rekomendasi kapan waktu paling enak untuk berwisata rafting dan sungai mana saja yang aman dan seru buat olahraga wisata rafting.
Rekomendasi tempat rafting di Jawa Tengah & Jogja
~ rekomendasi tempat rafting di Magelang
'' rafting di sungai Elo, rafting di sungai Progo Atas, rafting di sungai Progo Hulu, rafting di sungai
progo bawah''
~ rekomendasi tempat rafting di Banjarnegara & Wonosobo
''rafting di sungai Serayu''
~ rekomendasi tempat rafting di Purworejo
'' rafting di sungai Bogowonto''
~ rekomendasi tempat rafting di Jogja
''rafting di sungai Progo Bawah Kulon Progo''
Wisata arung jeram bisa dilakukan pada musim penghujan dan juga pada musim kemarau. Untuk rafting di sungai Elo bisa dilakukan di semua musim, tapi untuk wisata rafting di sungai Bogowonto hanya bisa dilakukan pada musim hujan saja.
cara Menjadi Fasilitator
Menjadi Fasilitator
Bagaimana Menjadi Fasilitator Handal?
di kutip dari artikel : Yohanes Bosco Hariyono
di kutip dari artikel : Yohanes Bosco Hariyono
” Datang bersama adalah permulaan,
Tetap bersama adalah kemajuan,
Tetapi bekerjasama adalah kesuksesan ”
(Henry Ford)
Tetap bersama adalah kemajuan,
Tetapi bekerjasama adalah kesuksesan ”
(Henry Ford)
PENGANTAR
Pertanyaan dasarnya adalah : Bagaimana
menjadi fasilitator? Untuk menjawab pertanyaan ini saya
memilahkankannya sekaligus menggabungkan antara efektivitas pengelolaan
tim/ kelompok/ organisasi dengan penerapan semangat kasih dalam hubungan
dalam tim. Pembahasan saya pilah menjadi dua bagian. Bagian pertama
membahas tentang team building dan bagian kedua tentang menjadi
fasilitator untuk tim yang handal.
PERUBAHAN PARADIGMA SEPERTI APA YANG MENJADI DASAR BERORGANISASI?
Mungkin banyak yang berprinsip
’knowledge is power’ , artinya siapa yang memiliki pengetahuan lebih
dialah yang bisa menguasai segalanya dan semua orang. Perkembangan
pengetahuan, komunikasi, dan teknologi modern membuat kita harus
berpikir ulang untuk tetap memakai prinsip itu. Perkembangan mutakhir
lebih sesuai dengan prinsip ’sharing knowledge is power’, siapa yang
banyak berbagi pengetahuan dan menjalin network dialah yang berkuasa.
Kebenarannya terbukti, yang sukses bukan mereka yang ’single fighter’
dan sok, melainkan mereka yang banyak membangun hubungan baik dan
berbagi dengan orang lainlah yang memiliki ’power’ yang main lama makin
bertambah. Power yang dimaksud termasuk kekuasaan dan pengaruh, yang tak
lain adalah dua kunci utama kepemimpinan.
BAGIAN PERTAMA: TEAM BUILDING
Definisi Tim
Definisi Tim
Menurut Snow (1992), Johnson dan
Johnson (2000) dan Cummings dan Worley (2001), tim (team) adalah satu
set interaksi interpersonal yang terstruktur untuk mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Tim terdiri dari dua orang atau lebih individu yang
(a) menyadari adanya kesalingtergantungan yang positif dalam mencapai sasaran bersama,
(b) saling berinteraksi,
(c) menyadari siapa saja yang menjadi anggota dan bukan anggota tim,
(d) memiliki peran atau fungsi spesifik dalam menampilkan kinerja, dan
(e) memiliki masa keanggotaan yang terbatas. Mana yang sesuai dengan organisasi kelompok kita, dan mana yang tidak?
Pembentukan Tim dan tahap-tahapnya
Organisasi yang berhasil sering kali adalah organisasi yang mengembangkan kemampuan anggotanya untuk bekerja dalam tim. Untuk meningkatkan produktivitas organisasi, produktivitas setiap tim yang berada di dalamnya juga harus meningkat. Berdasarkan Robbins (2003), organisasi atau tim dikatakan produktif jika dapat mencapai sasaran dan mengubah input menjadi output dengan cost yang rendah. Dalam hal ini, produktivitas mengimplikasikan efektivitas dan efisiensi. Produktivitas tim bukan hanya fungsi dari kemampuan teknis dan kemampuan melaksanakan tugas para anggota tim, melainkan juga, menurut Johnson dan Johnson (2000), pembentukan tim perlu dilakukan secara hati-hati. Snow (1992), Johnson dan Johnson (2000) dan Robbins (2003) memaparkan model pembentukan tim dari Bruce W. Tuckman.
Kelima tahap pembentukan tim sebagai berikut:
Organisasi yang berhasil sering kali adalah organisasi yang mengembangkan kemampuan anggotanya untuk bekerja dalam tim. Untuk meningkatkan produktivitas organisasi, produktivitas setiap tim yang berada di dalamnya juga harus meningkat. Berdasarkan Robbins (2003), organisasi atau tim dikatakan produktif jika dapat mencapai sasaran dan mengubah input menjadi output dengan cost yang rendah. Dalam hal ini, produktivitas mengimplikasikan efektivitas dan efisiensi. Produktivitas tim bukan hanya fungsi dari kemampuan teknis dan kemampuan melaksanakan tugas para anggota tim, melainkan juga, menurut Johnson dan Johnson (2000), pembentukan tim perlu dilakukan secara hati-hati. Snow (1992), Johnson dan Johnson (2000) dan Robbins (2003) memaparkan model pembentukan tim dari Bruce W. Tuckman.
Kelima tahap pembentukan tim sebagai berikut:
1. Forming
merupakan periode ketidakjelasan.
Anggota tim cenderung meraba-raba tentang perilaku apa yang dapat
diterima, posisi mereka dalam tim, prosedur dan aturan kelompok. Anggota
tim cenderung menghindari kontroversi. Tahap ini terselesaikan jika
anggota tim mulai menempatkan diri mereka sebagai bagian dari tim.
2. Storming
merupakan periode konflik dan
kompetisi antar anggota tim yang dapat mengganggu hubungan personal
mulai timbul. Anggota tim menerima eksistensi tim, tetapi menolak
keterbatasan yang menganggu individualitas. Karena perasaan tidak
nyaman, beberapa anggota tim dapat bertindak pasif sedangkan anggota
lain berusaha mendominasi. Tahap ini terselesaikan jika terdapat
hierarki yang relatif jelas mengenai kepemimpinan dalam tim, dan anggota
tim berorientasi pada pemecahan masalah.
3. Norming
ditandai dengan terbentuknya hubungan
yang dekat antar anggota tim, menunjukkan kohesivitas (daya rekat) dan
merasakan identitas kelompok yang kuat. Anggota tim saling berbagi
perasaan, ide, umpan balik dan menggali tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk melakukan suatu tugas. Tahap ini terselesaikan jika
terdapat struktur peran dan norma yang merupakan konsensus tim.
4. Performing
merupakan periode
yang belum tentu dapat dicapai oleh semua tim. Performing dicapai jika
struktur telah berfungsi dan diterima secara penuh. Anggota tim
berorientasi pada tugas tetapi sekaligus berorientasi pada manusia.
Anggota tim menjadi semakin cakap dalam bekerja sama dan memiliki
interdependensi untuk mencapai tujuan kelompok. Untuk tim permanen,
performing adalah tahap terakhir. Untuk tim yang bersifat sementara,
adjourning adalah tahap terakhir.
5. Adjourning
adalah tahap persiapan untuk
membubarkan diri. Berprestasi sudah bukan menjadi prioritas utama.
Anggota tim lebih memfokuskan perhatian pada penyelesaian aktivitas
seperti seremonial sebagai penutupan. Dapat disimpulkan bahwa model ini
mengimplikasikan bahwa tim yang produktif adalah tim yang telah mencapai
tahap performing. Tahap forming, storming dan norming merupakan tahap
kritis sebelum tim berjalan dengan produktif. Namun demikian, Robbins
(2003) menemukan kenyataan bahwa dapat saja beberapa tahap terjadi
bersamaan dan tidak adanya batasan yang jelas antara satu tahap dengan
tahap lain, tim regresi ke tahap sebelumnya bahkan kemungkinan terburuk
adalah tim tersebut hancur sama sekali.
Untuk membantu tim melewati masa kritis sehingga dapat mencapai tahap performing di tempat kerja, dapat dilakukan suatu intervensi melalui serangkaian aktivitas yang melibatkan anggota tim. Aktivitas yang dirancang secara hati-hati, dapat membantu tim untuk mengatasi ketidakjelasan sasaran, peran, prosedur atau hal-hal lainnya, konflik yang dapat menganggu hubungan interpersonal anggota tim, membangun kedekatan antar anggota tim, dan masalah-masalah lain yang sedang dialami tim saat itu. Aktivitas untuk meningkatkan produktivitas tim ini disebut sebagai team building.
Untuk membantu tim melewati masa kritis sehingga dapat mencapai tahap performing di tempat kerja, dapat dilakukan suatu intervensi melalui serangkaian aktivitas yang melibatkan anggota tim. Aktivitas yang dirancang secara hati-hati, dapat membantu tim untuk mengatasi ketidakjelasan sasaran, peran, prosedur atau hal-hal lainnya, konflik yang dapat menganggu hubungan interpersonal anggota tim, membangun kedekatan antar anggota tim, dan masalah-masalah lain yang sedang dialami tim saat itu. Aktivitas untuk meningkatkan produktivitas tim ini disebut sebagai team building.
Definisi Team Building
Team building adalah aktivitas kelompok yang memiliki interaksi tinggi untuk meningkatkan produktivitas anggota dalam menuntaskan tugas-tugas terutama yang memiliki interdependensi dengan orang lain melalui serangkaian aktivitas yang dirancang secara hati-hati untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Robbins, 2003; Spector, 2000; Johnson & Johnson, 2000).
Berdasarkan Johnson dan Johnson (2000) dan Robbins (2003), untuk menyesuaikan tujuan dan masalah spesifik yang dihadapi tim, aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan dalam team building adalah menekankan pada aktivitas tertentu saja atau keseluruhan dari aktivitas berikut:
Team building adalah aktivitas kelompok yang memiliki interaksi tinggi untuk meningkatkan produktivitas anggota dalam menuntaskan tugas-tugas terutama yang memiliki interdependensi dengan orang lain melalui serangkaian aktivitas yang dirancang secara hati-hati untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Robbins, 2003; Spector, 2000; Johnson & Johnson, 2000).
Berdasarkan Johnson dan Johnson (2000) dan Robbins (2003), untuk menyesuaikan tujuan dan masalah spesifik yang dihadapi tim, aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan dalam team building adalah menekankan pada aktivitas tertentu saja atau keseluruhan dari aktivitas berikut:
1. Penyusunan sasaran yang ditujukan
untuk mengatasi perbedaan persepsi tujuan tim, mengevaluasi efektivitas
tim dalam menyusun prioritas dan mencapai sasaran, mengidentifikasi area
yang berpotensi menjadi masalah.
2. Membangun hubungan interpersonal
antar anggota tim. Dalam Logan dan Stokes (2004), kompetensi yang
dibutuhkan adalah empati, komunikasi efektif, kesadaran sosial,
membangun hubungan, kepemimpinan dan kolaborasi.
3. Analisis peran yang bertujuan untuk
mengklarifikasi dan mengidentifikasi peran setiap anggota tim,
memikirkan kembali mengenai pekerjaan mereka yang sesungguhnya, dan
tugas spesifik yang mereka harapkan untuk dikerjakan.
4. Analisis proses tim dilakukan
dengan menganalisis proses kunci yang terjadi dalam tim untuk
mengidentifikasikan cara kerja dan bagaimana proses ini dapat diperbaiki
untuk membuat tim lebih efektif.
5. Kemampuan beradaptasi dengan
kondisi dan tuntutan yang berubah. Menurut Logan dan Stokes (2004),
kompetensi yang dibutuhkan antara lain adalah fleksibilitas dan
kemampuan tim dalam memecahkan masalah secara terstruktur atau dengan
mengikuti format berpikir kritis.
Walaupun memiliki tujuan dan cara yang beragam, Buller (1986, dalam Spector, 2000) menyatakan bahwa ada tiga karakteristik dari team building, yaitu:
Walaupun memiliki tujuan dan cara yang beragam, Buller (1986, dalam Spector, 2000) menyatakan bahwa ada tiga karakteristik dari team building, yaitu:
1.
Team building merupakan aktivitas terencana yang terdiri dari satu atau
lebih latihan atau pengalaman yang dirancang untuk mencapai sasaran
tertentu.
2. Team building biasanya difasilitasi oleh konsultan atau trainer yang berkualitas, dan akan sulit bagi tim untuk melaksanakannya jika trainer adalah bagian dari pengalaman.
3. Team building biasanya melibatkan tim dimana anggota timnya memiliki keterlibatan dalam pekerjaan masing-masing.
2. Team building biasanya difasilitasi oleh konsultan atau trainer yang berkualitas, dan akan sulit bagi tim untuk melaksanakannya jika trainer adalah bagian dari pengalaman.
3. Team building biasanya melibatkan tim dimana anggota timnya memiliki keterlibatan dalam pekerjaan masing-masing.
Membangun Tim Kerja Yang Tangguh
Anda hobby nonton bola? Melihat konser
musik? Menurut anda, Apa yang menarik dalam pertandingan sepak bola
atau musik? Bagi saya yang menarik adalah bagaimana para pemain
bersama-sama mencapai satu tujuan yaitu KEMENANGAN. Sama halnya dalam
dunia musik, suatu orkestra simponi pun memerlukan puluhan pemain dengan
beraneka alat musik yang menghasilkan nada yang beraturan di bawah
komando seorang dirigen hingga tercipta harmonis alunan musik yang indah
dan enak didengar.
Seperti halnya dalam organisasi setiap
anggota yang ada dalam organisasi dikelompokkan berdasarkan jenis dan
kesamaan pekerjaannya. Meski setiap kelompok memiliki perbedaan
pekerjaan tetapi mereka tetap mempunyai tujuan untuk menghasilkan
produktivitas. Ada yang pemimpin yang puas, ada pula yang tidak puas
dengan hasil kerja kelompoknya meskipun memiliki persamaan baik jumlah
maupun peralatan yang digunakan untuk mencapai produktivitasnya.
Agar tujuan organisasi tercapai dengan
efektif, sudah saatnya setiap kelompok / team di dalam organisasi
mengetahui tujuan dan memainkan perannya dengan baik sehingga tujuan
bersama organisasi dapat tercapai. Perbedaan pekerjaan dan jenis hasil
produktivitas di masing-masing departemen seharusnya dipahami sebagai
satu kesatuan yang sinergi untuk mencapai target organisasi yang
ditetapkan dengan maksimal.
Untuk membentuk tim-tim kerja yang
tangguh bukanlah pekerjaan yang mudah, dibutuhkan suatu keterampilan
serta usaha yang konsisten dan sungguh-sungguh karena hasil yang
diperoleh tidak lah secepat pertandingan sepak bola maupun konsep orkes simponi.Untuk
membentuk dan mempertahankan keutuhan serta mengembangkan tim-tim dalam
organisasi membutuhkan perhatian yang berkesinambungan. Dengan kata
lain, setiap pemimpin di kelompok/tim/ departemennya mesti mengetahui
dengan baik potensi angota, mengembangkan anggotanya guna mencapai
tujuan bersama organisasi. Sebaliknya setiap anggota kelompok di
masing-masing tim pun demikian harus mengetahui potensi atau
kelebihannya dan memiliki motivasi yang besar untuk mengembangkan
potensinya tersebut sehingga team yang solid dan tangguh dapat terjaga.
Dalam bentuk ringkas tim kerja bisa dikristalkan dalam pointer-pointer berikut ini:
Ciri-Ciri Tim Kerja
Ciri-Ciri Tim Kerja antara lain:
Ciri-Ciri Tim Kerja antara lain:
(1)Tim mempunyai tujuan yang sama meskipun masing-masing bertindak sebagai unit kerja
(2)Masing-masing bekerja berdasarkan struktur organisasi/pembagian tugas
(3)Adanya pembagian tugas/wewenang (job discription) yang jelas dan seimbang
(4)Inter-relasi (saling keterhubungan) antara tugas dan masing-masing bagian/unsur dan
(5)Adanya komunikasi yang baik antar anggota tim kerja
Manfaat Tim
Manfaat Tim kerja yang seimbang akan dirasakan baik selama proses kerja maupun dalam setiap hasil kerja yang dilakukan bersama, bisa diperinci antara lain: (1)terhindarkan duplikasi atau tumpang tindih tugas/kerja, (2) kerjasama meningkat, (3)lebih merangsang timbulnya gagasan baru inovatif, (4) setiap keputusan menjadi lebih baik, bijak dan lengkap, (5) Rekan-rekan kerja makin termotivasi, (6)mutu produk dan layanan lebih baik, (7)Produktivitas meningkat, (8)Fleksibilitas meningkat, (9)Partisipasi dan kerjasama meningkat, (10)Konflik berkurang, (11)Komunikasi antar pribadi/bagian lancar, dan (12)Standard prestasi bisa lebih tinggi
Manfaat Tim kerja yang seimbang akan dirasakan baik selama proses kerja maupun dalam setiap hasil kerja yang dilakukan bersama, bisa diperinci antara lain: (1)terhindarkan duplikasi atau tumpang tindih tugas/kerja, (2) kerjasama meningkat, (3)lebih merangsang timbulnya gagasan baru inovatif, (4) setiap keputusan menjadi lebih baik, bijak dan lengkap, (5) Rekan-rekan kerja makin termotivasi, (6)mutu produk dan layanan lebih baik, (7)Produktivitas meningkat, (8)Fleksibilitas meningkat, (9)Partisipasi dan kerjasama meningkat, (10)Konflik berkurang, (11)Komunikasi antar pribadi/bagian lancar, dan (12)Standard prestasi bisa lebih tinggi
Tim Kerja Yang Produktif
Suatu tim kerja disebut produktif jika
ada : (1)Keterlibatan dan kesanggupan anggota untuk mencapai tujuan
(2)Tanggung jawab atas kerja yang dilakukan bersama (3)Komunikasi jujur
dan terbuka, (4)Komunikasi untuk memberi dan mendapatkan informasi (5)
Suasana saling percaya (6)Masing-masing punya tempat,peran dan tugas
tersendiri (7) Mendukung keputusan yang dibuat bersama
(8)Pendekatan/penyelesaian konflik :sama-sama menang, dan last but not
least (9) dalam bekerja perhatikan proses dan hasil
Tugas Anggota Tim Kerja
Tugas Anggota Tim Kerja: (1)Memberi
dorongan dan semangat (2)Memberi jalan(3)Ikut mensukseskan terlaksananya
cara,tata tertib dan pedoman kerja(4)Ambil prakarsa untuk
usul,saran,ide,tindakan tertentu yang penting(4)Memberi informasi yang
perlu untuk pelaksanaan tugas (5)Memberi opini tentang masalah,memberi
diagnosis sumber dan sebabnya (6) Menyimpulkan ide,pemikiran dan saran
yang muncul dalam tim (7) Ungkapkan perasaan sebagai feedback atau umpan
balik (8) Bersedia ikuti keputusan dan kesepakatan, dan (9)Bersedia
ikut bekerja/menyumbang demi tercapainya tujuan(10)Menjadi perantara
jika terjadi konflik/beda pendapat
Sikap Tim Kerja Yang Merusak
Sikap Tim Kerja Yang Merusak, ciri-cirinya :
(1)Agresif – mengecam
(2) Menghambat – malas,lambat, dan suka berdebat
(3) Bersaing secara tidak sehat
(4) Pasif,tak acuh,ogah tanggung jawab,sibuk sendiri, dan
(5) Sengaja menggagalkan rapat,kebijakan, dan kesepakatan lain
Tugas Pemimpin Tim Kerja
Tugas Pemimpin Tim Kerja
(1)Paham/yakin dengan visi,misi dan sasaran kerja,(2) Paham
faktor-faktor kunci keberhasilan tim (3) Paham kemampuan, bakat,
kekuatan dan kreativitas masing-masing anggota (4) Arahkan potensi
masing-masing anggota untuk mencapai tujuan (5) Menguasai proses
pemgambilan keputusan (6) Menjadi model/contoh perilaku dan kerja, (7)
Bijak dalam menggunakan wibawa dan kekuasaan, (8) Membangun loyalitas
dan dukungan, dan (9) Menciptakan suasana keseluruhan yang mendukung
hidup dan kerja
BAGIAN KEDUA: FASILITATOR
Dalam kaitannya dengan team building daripada memakai istilah pemimpin lebih tepat dipakai kata ’fasilitator’. Mengapa? Apa bedanya? Strategi seperti apa persisnya yang diterapkan fasilitator dalam mengelola kelompok organisasi?
Apa itu fasilitator?
Fasilitator adalah istilah yang dipakai untuk menyebut orang yang memfasilitasi, menjadi ’jembatan’ , menjadi penyatu dan menghimpun orang untuk bersatu padu menyesaikan tugas atau proyek tertentu. Proyek atau tugas ini menjadi tujuan bersama dalam suatu organisasi. Lalu apa persamaan dan perbedaan fasilitator dengan pemimpin?
Apa beda Fasilitator dengan pemimpin?
Pemimpin dan fasilitator sama-sama mengajak orang untuk mencapai apa yang menjadi tujuan organisasi atau kelompok. Dalam organisasi istilah pemimpin lebih mewakili hubungan atas-bawah, sedangkan fasilitator mewakili hubungan kerjasama-dalam-kesetaraan.
Kelompok organisasi yang diketuai pemimpin, artinya pemimpin di atas dan anggotanya ada di bawah pimpinannya. Pemimpinlah yang berpikir, melakukan, dan jika perlu memaksa semua anggota yang dianggap bawahannya untuk bertindak sesuai apa yang dianggapnya benar. Seolah anggota bekerja untuk pemimpin mereka. Akibatnya hubungannya menjadi formal, kaku, dan lebih mudah terjadi konflik, pertentangan. Karena itu tidak semua merasa memiliki ’proyek’ atau ’tugas’ , atau paling tidak jika berhasil, keberhasilan itu seolah menjadi ’milik’ pemimpin dan bukan anggota. Ini tidak terjadi dalam kepemimpinan fasilitator.
Sedangkan organisasi yang dikelola fasilitator menerapkan hubungan kesetaraan, dalam arti: fasilitator dan anggota tim dalam bekerja bersama-sama membentuk lingkaran dan mengelilingi pusat (yaitu tujuan) yang disepakati untuk dicapai bersama. Pembagian tugas, informasi, dan pekerjaan dilakukan sedemikian rupa sehingga jika terselesaikan, keberhasilannya menjadi milik bersama. Semua merasa memiliki jarak dan kesempatan yang sama untuk mencapai tujuan melalui porsi tugas masing-masing.
Pola pikir menempatkan diri sebagai fasilitator inilah yang akan dibahas lebih rinci dalam tulisan ini, agar pengembangan kelompok dan organisasi makin mudah tercapai. Erat berkaitan dengan fasilitator, akan dibahas lebih lanjut bagaimana membangun tim (team building) dan mengarahkan anggota, baik dalam rapat atau kegiatan lainnya sesuai tuntutan organisasi.
Bagaimana cara memfasilitasi yang lebih ’menggerakkan’ & mengembangkan orang?
Banyak pemimpin formal dan informal yang mampu menggerakkan orang, tapi sedikit yang mampu menggerakkan sekaligus mengembangkan. Biasanya orang cenderung jatuh dalam dilema: (1) menguasai atau dikuasi, (2) mengutamakan tujuan atau mengutamakan kebersamaan (3) menggerakkan, menguasai, dan kalau perlu memaksa orang mencapai tujuan tertentu atau mematikan diri sebagai pemimpin.
Sebagai fasilitator yang handal kedua kutub dilema itu bisa disatukan asalkan kita tahu caranya. Bagaimana caranya?
Di bawah ini adalah sepuluh cara memfasilitasi, yang jika dicermati akan selaras dengan semangat Kristiani dan Vincentian. Dalam setiap pertemuan dan perjumpaan dengan orang lain, hendaknya menerapkan hal-hal sebagai berikut:
1. dalam setiap pertemuan ajukan pertanyaan-terbuka, misalnya: tentang ini apakah Anda punya pengalaman yang bisa dibagikan? Bagaimana menurut pengalaman pribadi Anda? Apa yang bisa kita pelajari bersama? Apa yang bisa kita terapkan? Dan sebagainya
2. Libatkanlah seluruh peserta. Jika perlu berilah jeda, atau berhenti sejenak, agar memberi kesempatan peserta untuk berpikir, baik mengendapkan maupun memberi masukan opini, fakta atau data atas topik yang Anda sampaikan.3. Belajarlah selalu dari kesalahan, anggap aja kesalahan, termasuk metode komunikasi sebagai suatu proses wajar untuk saling memgembangkan. Jangan malah memutus ’jembatan’ karena ada konflik atau perbedaan pendapat satu sama lain.4. Dengarkan. Dengarkan. Dengarkanlah. Tunjukkan bahwa Anda secara tulus dan sabar mau mendengarkan peserta. Seremeh apapun ide atau pandangannya, biarkan spontanitas yang membimbing setiap ide murni, yang menurut para ahli justru banyak melahirkan ide brilian/master piece.5. Beri kesempatan peserta untuk berekspresi termasuk mengenai antusias dan/atau ketidaksukaan mereka, biarkan peserta menunjukkan jati dirinya selama tidak menggangu lainnya.
6. Beri kesempatan untuk munculnya pemimpin informal (karena pada dasarnya semua ‘pemilik’ proyek, sama halnya beri peluang munculnya ide, topik tambahan yang mendukung topik utama, dan jangan selalu memaksakan ide anda sendiri.
7. pimpinlah dengan keteladanan, fasilitasi para peserta bukan malah mengadilinya, atau suka main tunjuk sana-sini, sepintar dan sehabat apapun Anda jangan terlalu menonjolkan diri apalagi menggurui.
8. Ucapkan penghargaan dengan cara menyebutkan nama peserta dengan jelas dan tulus, perjelas ide mereka dan kontribusinya bagi topik pembahasan, bahkan jika bagus ajaklah yang lain untuk mengembangkan ide lebih lanjut.
9. Jagalah iklim kepercayaan, rasa aman dan kepercayaan diri peserta sepanjang pertemuan. Dalam hal ini yang banyak berpengaruh justru bahasa dan komunikasi ‘non-verbal’. Mehrabian menyitir pengaruh kata-kata (7%), intonasi dan bahasa (30%) dan non-verbal (70% an)
10. akhiri setiap pertemuan dengan benar dan tanpa ganjalan. Simpulkan dan selesaikan masalah-masalah yang muncul sepanjang pertemuan, termasuk pertentangan pribadi yang muncul selama pertemuan.
Dalam kaitannya dengan team building daripada memakai istilah pemimpin lebih tepat dipakai kata ’fasilitator’. Mengapa? Apa bedanya? Strategi seperti apa persisnya yang diterapkan fasilitator dalam mengelola kelompok organisasi?
Apa itu fasilitator?
Fasilitator adalah istilah yang dipakai untuk menyebut orang yang memfasilitasi, menjadi ’jembatan’ , menjadi penyatu dan menghimpun orang untuk bersatu padu menyesaikan tugas atau proyek tertentu. Proyek atau tugas ini menjadi tujuan bersama dalam suatu organisasi. Lalu apa persamaan dan perbedaan fasilitator dengan pemimpin?
Apa beda Fasilitator dengan pemimpin?
Pemimpin dan fasilitator sama-sama mengajak orang untuk mencapai apa yang menjadi tujuan organisasi atau kelompok. Dalam organisasi istilah pemimpin lebih mewakili hubungan atas-bawah, sedangkan fasilitator mewakili hubungan kerjasama-dalam-kesetaraan.
Kelompok organisasi yang diketuai pemimpin, artinya pemimpin di atas dan anggotanya ada di bawah pimpinannya. Pemimpinlah yang berpikir, melakukan, dan jika perlu memaksa semua anggota yang dianggap bawahannya untuk bertindak sesuai apa yang dianggapnya benar. Seolah anggota bekerja untuk pemimpin mereka. Akibatnya hubungannya menjadi formal, kaku, dan lebih mudah terjadi konflik, pertentangan. Karena itu tidak semua merasa memiliki ’proyek’ atau ’tugas’ , atau paling tidak jika berhasil, keberhasilan itu seolah menjadi ’milik’ pemimpin dan bukan anggota. Ini tidak terjadi dalam kepemimpinan fasilitator.
Sedangkan organisasi yang dikelola fasilitator menerapkan hubungan kesetaraan, dalam arti: fasilitator dan anggota tim dalam bekerja bersama-sama membentuk lingkaran dan mengelilingi pusat (yaitu tujuan) yang disepakati untuk dicapai bersama. Pembagian tugas, informasi, dan pekerjaan dilakukan sedemikian rupa sehingga jika terselesaikan, keberhasilannya menjadi milik bersama. Semua merasa memiliki jarak dan kesempatan yang sama untuk mencapai tujuan melalui porsi tugas masing-masing.
Pola pikir menempatkan diri sebagai fasilitator inilah yang akan dibahas lebih rinci dalam tulisan ini, agar pengembangan kelompok dan organisasi makin mudah tercapai. Erat berkaitan dengan fasilitator, akan dibahas lebih lanjut bagaimana membangun tim (team building) dan mengarahkan anggota, baik dalam rapat atau kegiatan lainnya sesuai tuntutan organisasi.
Bagaimana cara memfasilitasi yang lebih ’menggerakkan’ & mengembangkan orang?
Banyak pemimpin formal dan informal yang mampu menggerakkan orang, tapi sedikit yang mampu menggerakkan sekaligus mengembangkan. Biasanya orang cenderung jatuh dalam dilema: (1) menguasai atau dikuasi, (2) mengutamakan tujuan atau mengutamakan kebersamaan (3) menggerakkan, menguasai, dan kalau perlu memaksa orang mencapai tujuan tertentu atau mematikan diri sebagai pemimpin.
Sebagai fasilitator yang handal kedua kutub dilema itu bisa disatukan asalkan kita tahu caranya. Bagaimana caranya?
Di bawah ini adalah sepuluh cara memfasilitasi, yang jika dicermati akan selaras dengan semangat Kristiani dan Vincentian. Dalam setiap pertemuan dan perjumpaan dengan orang lain, hendaknya menerapkan hal-hal sebagai berikut:
1. dalam setiap pertemuan ajukan pertanyaan-terbuka, misalnya: tentang ini apakah Anda punya pengalaman yang bisa dibagikan? Bagaimana menurut pengalaman pribadi Anda? Apa yang bisa kita pelajari bersama? Apa yang bisa kita terapkan? Dan sebagainya
2. Libatkanlah seluruh peserta. Jika perlu berilah jeda, atau berhenti sejenak, agar memberi kesempatan peserta untuk berpikir, baik mengendapkan maupun memberi masukan opini, fakta atau data atas topik yang Anda sampaikan.3. Belajarlah selalu dari kesalahan, anggap aja kesalahan, termasuk metode komunikasi sebagai suatu proses wajar untuk saling memgembangkan. Jangan malah memutus ’jembatan’ karena ada konflik atau perbedaan pendapat satu sama lain.4. Dengarkan. Dengarkan. Dengarkanlah. Tunjukkan bahwa Anda secara tulus dan sabar mau mendengarkan peserta. Seremeh apapun ide atau pandangannya, biarkan spontanitas yang membimbing setiap ide murni, yang menurut para ahli justru banyak melahirkan ide brilian/master piece.5. Beri kesempatan peserta untuk berekspresi termasuk mengenai antusias dan/atau ketidaksukaan mereka, biarkan peserta menunjukkan jati dirinya selama tidak menggangu lainnya.
6. Beri kesempatan untuk munculnya pemimpin informal (karena pada dasarnya semua ‘pemilik’ proyek, sama halnya beri peluang munculnya ide, topik tambahan yang mendukung topik utama, dan jangan selalu memaksakan ide anda sendiri.
7. pimpinlah dengan keteladanan, fasilitasi para peserta bukan malah mengadilinya, atau suka main tunjuk sana-sini, sepintar dan sehabat apapun Anda jangan terlalu menonjolkan diri apalagi menggurui.
8. Ucapkan penghargaan dengan cara menyebutkan nama peserta dengan jelas dan tulus, perjelas ide mereka dan kontribusinya bagi topik pembahasan, bahkan jika bagus ajaklah yang lain untuk mengembangkan ide lebih lanjut.
9. Jagalah iklim kepercayaan, rasa aman dan kepercayaan diri peserta sepanjang pertemuan. Dalam hal ini yang banyak berpengaruh justru bahasa dan komunikasi ‘non-verbal’. Mehrabian menyitir pengaruh kata-kata (7%), intonasi dan bahasa (30%) dan non-verbal (70% an)
10. akhiri setiap pertemuan dengan benar dan tanpa ganjalan. Simpulkan dan selesaikan masalah-masalah yang muncul sepanjang pertemuan, termasuk pertentangan pribadi yang muncul selama pertemuan.
Cara Pinter Jadi Trainer
Dua
dekade belakangan ini industri training dan konsultasi berkembang
secara pesat. Kebutuhan akan training di perusahaan-perusahaan sangat
tinggi, sejalan dengan semakin tingginya tuntutan akan kinerja
karyawannya untuk mengimbangi persaingan pasar. Namun seringkali
tingginya tuntutan training ini tidak bisa dipenuhi oleh perusahaan
sendiri karena beberapa hal. Salah satunya adalah kapasitas trainer
perusahaan yang tidak mencukupi. Oleh karena itu, untuk menutup
kekurangan ini perusahaan memanfaatkan trainer dari luar yang disediakan
oleh perusahaan training dan
konsultasi. Persoalannya lagi, tidak selalu training yang diberikan oleh
perusahaan training sesuai dengan harapan perusahaan. Terhadap training
yang diselenggarakan, keluhan yang sering dikemukakan lebih banyak soal
cara penyampaian dan bukan mengenai materinya. Artinya, kompetensi,
gaya, cara dan sikap trainer dalam memberikan training dinilai tidak
bagus. Kekurangpahaman trainer mengenai seluk beluk training adalah
penyebab seorang trainer tampak tidak kompeten.
Penguasaan
bukan hanya mencakup materi, tetapi juga mencakup proses belajar, jenis
peserta, metode training, perilaku di depan peserta dan berbagai
interaksi dengan peserta. Buku ini disusun untuk memberi bekal kepada
para trainer agar proses training berjalan lebih efektif. Gagasan,
pendapat dan pengalaman disusun sedemikian rupa sehingga membentuk
urutan yang se-sistematis mungkin sesuai dengan kaidah pembelajaran.
Pada bab pertama, buku ini membahas mengenai training baik itu
menyangkut definisi, perannya dalam bisnis dan perusahaan, maupun
pandangan-pandangan bias mengenainya. Kemudian untuk lebih memahami
training, pada bab kedua akan dibahas secara lebih mendalam mengenai
proses pembelajaran. Peserta training, yaitu orang dewasa, mempunyai
cara belajar yang berbeda dengan cara belajar anak-anak. Untuk itu
mereka harus dimengerti dan dipahami serta diperlakukan berbeda dengan
anak kecil. Bab ketiga membahas secara detil (dan tentu saja prkatis)
mengenai cara belajar, harapan dan perlakuan yang dianjurkan terhadap
orang dewasa agar proses training berjalan efektif, dinamis, interaktif
dan mencapai tujuan.
Pencapaian
tujuan training juga sangat tergantung dari pemberi materinya, yakni
trainernya. Sikap, perilaku dan kemampuan seorang trainer mempunyai
peran yang sangat besar dalam kelancaran proses training. Proses yang
baik akan membuat tujuan training akan lebih mudah dicapai. Dalam bab
keempat inilah akan dibahas seluk beluk mengenai apa yang sebaiknya
dihindari oleh seorang trainer dan saran-saran agar seorang trainer bisa
mendapatkan kharisma di depan peserta training. Tidak cukup
mengandalkan perilaku, seorang trainer juga memerlukan alat bantu dalam
training. Bab kelima akan membahas secara detil alat-alat bantu yang
biasa dipakai oleh seorang trainer untuk membuat proses training menjadi
lebih mudah dan efektif. Pemilihan alat bantu tidak bisa sembarangan,
tetapi harus disesuaikan dengan metode training yang dipilih.
Ada banyak metode training,
yang masing-masing mempunyai peruntukannya sendiri. Arti, fungsi utama,
kekuatan dan kelemahan setiap metode akan dibahas dalam bab yang
keenam. Setelah seorang trainer mengetahui dan memahami proses belajar,
peserta, sikap, alat bantu dan metode, ia harus mempraktekkannya. Bab
ketujuh akan membahas cara melakukan fasilitasi, yaitu cara mengajak
peserta training untuk terlibat secara aktif, berpartisipasi secara
dinamis. Buku ini tidak bermaksud menggurui, karena semua adalah guru.
Buku ini bukan diperuntukkan bagi murid, karena tidak ada murid. Buku
ini bukan merupakan aturan yang harus dilakukan, tetapi merupakan saran
yang berasal dari pengalaman. Buku ini berisi saran-saran praktis, yang
semua trainer atau calon trainer bisa menerapkannya.
Outbond Fun Game
1. Pegang jari :
Cara permainan :
- Trainner menginstruksikan peserta agar berdiri dan berbaris membentuk lingkaran besar.
- Jika trainner meginstruksikan “satu” maka tangan kanan peserta memegang jari (sendiri) telunjuk tangan kiri.
- Jika trainner menginstruksikan “dua” maka tangan kanan peserta memegang jari telunjuk tangan kiri teman sebelah kanan.
- Jika trainner menginstruksikan “tiga” maka tangan kanan peserta memegang jari telunjuk tangan kiri teman sebelah kiri.
- Peserta salah maka dihukum.
2. 7 Woow
Cara permainan :
- Peserta masih pada posisi lingkaran besar, posisi trainner di pusatnya.
- Trainer mengintruksikan peserta menghitung mulai dari angka satu seterusnya.
- Yang dapat giliran angka tujuh, kelipatan tujuh dan yang mengandung unsur tujuh (misal 7,14,17,21,27,28 dst…) maka mereka harus teriak “woow” sambil koprol.
- Peserta yang salah akan mendapat hukuman.
3. People to people
Cara permainan :- Peserta masih pada posisi lingkaran besar.
- Trainner menginstruksikan agar peserta menghadap ke kanan, kemudian berjalan memutar sambil bernyanyi.
- Ketika trainer berteriak “people to people” ,maka peserta harus mencari satu pasangan (berkelompok dua-dua).
- Tidak sekedar berpasangan orang tetapi setiap pasangan harus saling memegang telinga kanan pasangannya, lutut saling menempel dan tangan kiri bersalaman.
- Setiap trainner teriak “people to people” maka pasangan harus mencari pasangan yang baru dengan posisi yang sama.
- Akan lebih seru jika posisi bervariasi, misalnya beradu punggung sambil memegang kedua tangan pasangannya (seperti posisi Kate Winslet dalam film Titanic).
Games untuk Outbond-Macam-macam Daftar Contoh Permainan Outbound Games
Games untuk Outbond, Macam-macam Daftar Contoh Permainan Outbound Games
Berikut kami sajikan beberapa jenis permainan outbound team building. Menyenangkan, Penuh Hikmah, Sangat memotivasi dan bisa menginspirasi buat anda. Kami selalu berusaha menciptakan games-games outbound baru, baik yang bersifat low impact, middle impact maupun high impact. Mudah-mudahan bisa menginspirasi anda semua.
1. Blind Leader, 2. Pipa Bocor, 3. Evakuasi Bambu
4. Folding Karpet, 5. Trush Fall, 6. Human Ladder
7. Hell Barier, 8. Titanic (kapal tenggelam), 9. SOLO
10. Birthday Line Up, 11. Jembatan Birma, 12. Flying Fox
13. Escape From The Island, 14. Volley Ballon
15. Hunter My Name, 16. Mencari Harta Karun
17. Time Bomb, 18. Spider`s Web, 19. Air Bridge
20. Crocodille River, 21. Bangun Rakit, 22. All Stand Up
23. Hollahop berpindah, 24. Frantic Balloon, 25. Ball Tossing
26. Toxic Waste, 27. Almost infinite circle
28. Tupai dan Pemburu, 29. Game Arung Jeram
30. Scorpion, 31. Stik Goyang, 32. Ball Estafet
33. The Opposite, 34. Water Estafet, 35. Kereta Terpanjang
36. Piring Keseimbangan, 37. Meteor Garden
38. Mengurai Benang Kusut, 39. Menara Manusia
40. Pindah Kursi, 41. Do You Love Me?, 42. Water War
43. Bangun Kastil, 44. Ring Berpindah, 45. This Is My Chair
46. Pipa Air, 47. Mutiara Dalam Kerang, 48. Ball Train
49. Telur Sakti, 50. My Pencil, 51. Find Your Family
52. Get Our Dream, 53. Two Line Bridge
54. Changing name, 55. Menjahit Manusia
56. Riddle, 57. Tusuk Ballon, 58. Tiup Balon
59. Mini labirin, 60. Perang Balon, 61. Caterpillar Race
62. Fashion Show, 63. Roda Manusia
64. Kentang dan sedotan, 65. Blind Train
66. Impossible Castle, 67. Lifting Water, 68. Glove Racing
69. Satu Tujuan, 70. Stepping Carpets, 71. Flying Eggs
72. Sirkuit Yang Kelebihan Beban, 73. Straw Castle
74. Lifting Water Together, 75. Karapan Sapi
76. Polisi dan Penjahat, 77. Susun Cerita
78. Game Topi Rimba, 79. Tali Kusut, 80. Pindah Kalung Tali,
81. Intelegensia Leader, 82. Berlindung Dalam Lingkaran
83. Berjalan di atas api, 84. Exellent Flag, 85. Find The Ball
86. Soulmate, 87. RELAY, 88. Terlalu Banyak Solusi??
89. Mesin Manusia, 90. Pesan berantai
Masih banyak lagi permainan-permainan populer yang biasa dimainkan dalam suatu kegiatan outbound training.
Subscribe to:
Posts (Atom)